Indonesia boleh berbangga. Setelah batik, kain-kain tradisional dari penjuru nusantara kini kembali menarik perhatian dunia. Kain-kain Indonesia yang penuh pesona dan sarat akan makna budaya nusantara itu telah melenggang ke Eropa. Yaitu kota Paris, Perancis. Sebuah kota yang menjadi pusat mode dunia. Serta ke Den Haag, Belanda.
Para perwakilan Indonesia yang memperkenalkan kain-kain tradisional nusantara ke Eropa antara lain perancang busana Laely Indah Lestari. Ia membawa tenun sumba ke Paris. Lalu, model dan aktris, Ariel Tatum dengan tenun Aceh dan batik Simbaran ke Paris. Serta perancang busana Lala Ratna Komala Gozali yang membawa lurik Yogyakarta ke Belanda.
Selain perwakilan dari tanah air, salah satu perancang mode dunia juga pernah menggunakan kain-kain tradisional Indonesia pada Paris Fashion Week 2020. Yaitu Christian Dior dengan kain endek Bali. Wah, bikin bangga deh!
Kain Tradisional Indonesia di Eropa 1: Tenun Sumba
Pada bulan September 2022, perancang busana Laely Indah Lestari lewat brand “Laelyind” membawa Tenun Sumba dalam Fashion Show Paris Front Row 2022. Sebuah acara yang terselenggara oleh Indonesian Fashion Chamber dan KBRI Paris. Dengan mengusung tema ‘Heaven Wind From East Indonesia’, Laelyind menampilkan lima koleksi yang luxury dan ready to wear di hadapan media. Baik media lokal maupun internasional serta para undangan.

Keunikan Laelyind menampilkan tenun sumba ke dalam bentuk fashion yang menarik, ethnic dan stylish telah mencuri perhatian pasar Eropa. Antusiasme terlihat ketika para buyer di Paris memborong koleksi ready to wear hingga habis terjual. Keren!
Baca juga: Jadi Lebih Modis, Ini Dia Jenis Outer Wanita Untuk Memaksimalkan Penampilanmu
Tenun Sumba
Tenun Sumba merupakan jenis kain yang berasal dari Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kain yang proses pembuatannya membutuhkan waktu sekitar 4-6 bulan itu sangat istimewa dan memiliki nilai estetik yang sungguh memikat. Keindahan kain tenun sumba merupakan hasil dari keuletan para perempuan yang menenun dengan cara yang masih tradisional. Serta penggunaan kapas dan pewarna yang juga masih alami.
Buat kamu yang terinspirasi dengan tenun sumba, salah satu koleksi dress tenun sumba merah dari Assojar ini bisa menjadi pilihanmu. Dengan material full tenun dan cutting asimetris serta aksesoris belt membuat look kamu terlihat slim dan elegan.
Kain Tradisional Indonesia di Eropa 2: Songket Aceh
Selain Laely Indah Lestari, pemeran dan model Indonesia Ariel Tatum juga turut memperkenalkan kain tradisional Indonesia di Paris. Tepatnya dalam rangkaian kegiatan sebelum dan sesudah acara puncak Le Defile L’Oreal Paris Fashion Week Spring/Summer 2022. Pada 26 September hingga 4 Oktober 2022.
Sebelum puncak acara, yaitu pada Gala Dinner bersama seluruh global spokerperson dari Loreal Paris, Ariel tampil anggun dengan songket Aceh. Busana yang terlahir dengan nama “Tara Gemilang” itu merupakan hasil rancangan Didiet Maulana.

Melalui akun instagram pribadinya @arieltatum, pemilik nama lengkap Ariel Dewinta Ayu Sekarini itu menjelaskan arti nama tersebut.
“Tara berarti Bintang dalam bahasa Sansekerta. Busana yang terinspirasi dari langit malam yang bersinar karena pesona bintang. Tercipta dari tenunan songket penuh cinta oleh penenun muda di Aceh. Menggambarkan keanggunan perempuan dan ketangguhan pada saat yang bersamaan. Perpaduan antara material solid dan transparan membuat kombinasi yang menarik. Seperti halnya hidup. Keberagaman menambah keindahan. Taburan kristal pada busana juga menambah kilau ‘bintang’ malam kemarin.” Tulis Ariel.
Songket Aceh
Kain songket Aceh atau tenun tradisional Aceh merupakan kerajinan tangan yang menggunakan alat tenun kaki tangan (ATKP). Budaya menenun telah ada pada masyarakat Aceh dan menjadi warisan budaya yang telah berusia ratusan tahun lamanya. Para pejuang Aceh pada masa penjajahan dulu mengenakan kain songket dengan motif kaligrafi, yaitu tulisan “Lailahaillallah”. Hal inilah yang membangkitkan semangat rakyat Aceh sekaligus menjadi kekuatan para pejuang.
Penenun yang paling berpengaruh terhadap perkembangan usaha tenun songket Aceh salah satunya ialah Nyak Mu. Ia telah menjaga dan mewariskan sebuah tradisi penciptaan tenun songket Aceh kepada generasi yang lebih muda. Sejak mendirikan usaha tenun songket Aceh pada tahun 1973, Nyak Mu telah menciptakan berbagai motif baru, seperti pintu Aceh dan bunga kertas. Pada era 1980 hingga 1990-an, Nyak Mu mendapatkan kesempatan untuk memamerkan hasil karyanya di Jakarta, Bali, Singapura, Malaysia dan Sri Langka. Ia juga mendapat Penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto pada 28 Desember 1991.
Kain Tradisional Indonesia di Eropa 3: Batik Sembaran
Setelah melenggang di catwalk Paris Fashion Week, Ariel Tatum kembali membuat bangga warga Indonesia. Pada acara after party pagelaran fashion paling bergengsi tersebut, Ia tampil seksi dan elegan. Dengan paduan korset dan kain sutra tenun Indonesia berwarna merah.

Sekar Simbaran
Kain yang bernama “Sekar Simbaran” itu merupakan hasil karya perancang Indonesia, Iwan Tirta. Dalam akun instagramnya, Ariel menjelaskan nama busana yang Ia pakai pada acara yang bertepatan dengan Hari Batik Nasional itu.
Ia menulis bahwa Sekar melambangkan kecantikan dan keindahan. Sementara Simbaran, merupakan salah satu motif batik asal Banyumas, Jawa Tengah yang terinspirasi dari tumbuhan berdaun memanjang dengan tepian bergelombang. Kerap ada pada pohon-pohon kelapa, batu-batu atau tebing.
Banyak netizen yang terpesona dengan penampilan Ariel pada malam itu. Apakah kamu salah satunya? Berikut rekomendasi kain batik motif simbaran buat kamu yang terinspirasi. Bahannya halus dan adem serta tidak mudah luntur dengan ukuran 225 x 105cm.
Kain Tradisional Indonesia di Eropa 4: Lurik Yogyakarta
Selanjutnya, masih di dataran Eropa, desainer tanah air bernama Lala Ratna Komala Gozali membawa kain tradisional Indonesia ke Den Haag, Belanda. Ia mengangkat lurik Yogyakarta dengan tema kasual etnik ke ajang Modest Heritage Indonesia yang berlangsung pada Desember 2018 silam.

Kain Lurik
Lurik adalah kain hasil tenunan benang dengan motif garis lurus atau melintang. Tidak hanya di Yogyakarta, kain tradisional Indonesia yang konon sudah ada sejak jaman Majapahit itu dapat kita temui di Solo. Wilayah Jawa Tengah, hingga Tuban, Jawa Timur.
Dahulu, kain yang menjadi pakaian khas pria pedesaan itu awalnya berbentuk sehelai selendang. Fungsinya untuk menutup dada perempuan (kemben) dan alat untuk menggendong sesuatu. Penggunaan lurik kemudian berkembang. Tidak hanya menjadi milik rakyat, namun di lingkungan keraton.
Dalam perkembangan modern seperti sekarang ini, lurik mendapat sentuhan model baru. Seperti blouse dan rok untuk wanita serta kemeja dan celana panjang untuk pria.
Kain Tradisional Indonesia di Eropa 5: Endek Bali
Selain perwakilan dari tanah air, kain-kain tradisional Indonesia juga menarik perhatian rumah mode dunia, Christian Dior. Dalam pagelaran Paris Fashion Week 2020, Dior menjadikan kain endek Bali sebagai koleksi Spring/Summer 2021. Dari sekitar 86 koleksi yang Dior tampilkan, ada 9 koleksi yang memakai kain endek Bali. Tidak hanya dalam busana, namun juga dalam koleksi tasnya.
Menurut diskusi dengan dubes RI di Paris yang penulis kutip dari cnnindonesia.com, Dior menjelaskan alasannya menggunakan kain endek Bali. Menurut Maria Grazia Chiuri, sang desainer sekaligus artistic director Christian Dior, mereka terinspirasi endek Bali karena ingin mengangkat nilai kebudayaan. Serta craftmanship Indonesia, terutama dari penenun perempuan.

Pemerintah Provinsi Bali memberikan dukungan atas penggunaan kain Endek Bali oleh Christian Dior. Dengan menggunakan kain asli yang produksinya di Bali. Mereka juga meminta rumah mode yang berpusat di Paris itu untuk menghormati HAKI dan mencantumkan daerah asal kain endek. Dalam label pakaian atau aksesorisnya. Sebagai bentuk penghargaan dan pengakuan terhadap wastra Indonesia.
Kain Endek
Nama “Endek” berasal dari kata gendekan atau ngendek yang maknanya diam atau tetap, tidak berubah warnanya. Endek sudah terkenal sejak abad ke-16 dan terus berkembang hingga saat ini. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali, kain endek memiliki berbagai fungsi. Sebagai pakaian sakral dalam kegiatan upacara keagamaan, juga sebagai bahan pakaian untuk kehidupan sehari-hari.
Kain endek memiliki motif yang beraneka ragam. Seperti motif geometris, flora, fauna, figuratif dan dekoratif. Motif geometris berbentuk garis lurus, garis putus, garis lengkung dan berbagai bidang geometri. Lalu, motif flora mengadaptasi bentuk tumbuhan dan tampilannya cenderung rapat dan harmonis. Dan, motif fauna mengadaptasi bentuk hewan, baik darat, laut maupun udara.
Motif figuratif mengadaptasi tokoh manusia atau pewayangan. Sementara motif dekoratif merupakan gabungan dari motif-motif yang telah ada dengan penyesuaian dari keyakinan masyarakat.
Buat kamu yang terinspirasi, dapat memilih kain endek Bali dalam berbagai bentuk. Mulai dari yang masih berbentuk kain hingga pakaian jadi.
Itulah dia kelima kain-kain tradisional Indonesia yang berhasil melenggang ke Eropa dan membuat bangga. Kamu sudah punya yang mana Modusers?
GIPHY App Key not set. Please check settings